KETIKA MENIKMATI HIDANGAN HARI RAYA IDUL ADHA DI MOROTAI

•5 October 2012 • Leave a Comment

Mendengar hari raya idul adha maka pastilah kita berfikiran dengan memakan lontong, opor ayam, empal daging, dan sambal goreng ati pada pagi hari setelah melakukukan sholat idul adha, namun terdapat hal menarik bagi kami ketika harus menjalani idul adha di morotai. Pagi hari melakukan sholat idul adha seperti apa yang biasa dilakukan, namun disini terdapat sedikit ritual daerah berupa panggilan sholat kepada jamaah dengan menggunakan piring dan sarung tangan, kemudian dengan adanya ritual pengambilan shodaqah oleh beberapa petugas menggunakan kain.

Selesai melakukan sholat idul adha seperti biasa, mencicipi makanan khas lebaran menjdai rutinitas tersendiri, disini di morotai terdapat hal yang unik pula, yaitu berupa makanan lebaran yang kami cicipi pada saat itu, ketupat yang dibuat dengan campuran santan, bihun sayur, sate ikan, dan ikan kuah menjadi makanan yang kami cicipi pada saat itu pada hari raya idul adha. Pengalaman memakan makanan  seperti ini pada hari raya menjadi hal yang unik bagi kami, karena selama ini kami memakan makanan khas hari raya dengan menu makanan yang seperti biasa.

Nasi Kuning Maluku Utara dan Filosofi Kesultanan

•4 October 2012 • Leave a Comment

Sedikit tidak terlihat apa hubungan antara cerita nasi kuning dengan filosofi kesultanan, tapi ini memang dipercaya oleh sebagian masyarakat dan memang masuk akal ketika kita memahaminya. Nasi kuning yang dikenal sebagai nasi yang khas pula di daerah Maluku Utara sedikit memiliki filosofi yang sering dimaknai oleh masyarakat.

Terdapat makna yang jelas antara makna warna pada nasi kuning, putih dan kuning, putih memaknai kesultanan, dan kuning memaknai masyarakat. Nasi kuning tumpeng yang di atasnya diberikan satu butir telur ayam, dapat menandakan filosofi ini. Tampak dari luar hanya terdapat warna kuning dari nasi dan warna putih dari telur. Telur berada di atas puncak tumpeng nasi kuning menandakan bahwa masyarakat Maluku Utara diayomi oleh kesultanan yang dipimpin oleh seorang sultan yang membawahi atau mengayomi masyarakat.

Filosofi telur ayam yang dimana bahwa pada satu butir telur terdapat putih telur dan kuning telur, dan ketika telur itu dibelah maka akan terdapat kuning telur yang berada di dalam putih telur, hal ini memiliki makna bahwa masyarakat berada di dalam lindungan kesultanan, dan di dalam hati sultan pasti terdapat rakyat.

Nasi yang kuning memiliki makna bahwa ketika satu butir nasi itu dibelah, maka di dalamnya pasti masih terdapat warna putih yang menggambarkan bahwa di dalam hati setiap rakyat pasti terdapat sultan.

Filosofi akhir ketika sebuah nasi tumpeng yang di atasnya terdapat telur, dan ketika nasi tersebut burai maka telur itu akan jatuh, hal ini juga memaknai bahwa ketika kepemimpinan sedang di pimpin oleh seorang sultan dan rakyatnya merasa tidak sejalan dan rakyat mulai gelisah tercerai berai tidak bersatu, maka sultan yang menjabat tersebut akan turun dari kepemimpinannya di kesultanan.

Nasi kuning tumpeng yang terlihat seperti hal yang sepele, tapi ini memang memiliki makna filosofi yang sangat bermakna, filosofi yang sangat menggambarkan kondisi masyarakat dan kepemimpinannya di kesultanan Maluku Utara.

Hatetobako Masih Menyimpan Peninggalan Perang Dunia Ke-2

•4 October 2012 • Leave a Comment

Hatetobako yang merupakan salah satu salah desa di Kabupaten Halmahera Timur mungkin belum banyak terdengar mengenai potensi pariwisata yang ada di sana dengan daratannya yang memiliki pantai yang indah. Di sini di Hatetobako juga memiliki nilai wisata sejarah yang sangat penting, yaitu wisata sejarah sisa Perang Dunia Ke-2.

Hatetobako merupakan salah satu wilayah Perang Dunia ke-2 antara Jepang dan Sekutu. Hatetobako merupakan markas persembunyian bangsa Jepang. Di sini Jepang menjadikan tempat persembunyian, markas untuk melakukan penyerangan, baik penyerangan laut ataupun udara kepada pihak sekutu.

Dahulu sangat jelas terlihat peninggalan peprangan dunia ke-2 di sini, tetapi dengan tingkah laku beberapa masyarakat yang tidak bertanggung jawab, banyak peninggalan-peninggalan peperangan dijadikan sebagai barang dagang yang diperjualbelikan entah kepada pihak siapa, sangat disesalkan memang. Beberapa bukti peninggalan perang dunia ke-2 itu masih ada hingga saat ini, di antaranya terdapat 2 benteng pertahanan Jepang yang terdapat di pinggir pantai, mata air tempat pemandian tentara Jepang, banker persembunyian Jepang, dan satu meriam peninggalan tentara Jepang. Namun, ini hanya sebagian. Masih terdapat beberapa peninggalan berupa benteng-benteng lainnya di wilayah Hatetobako ini.

sangat menarik ketika kita mengunjungi bukti-bukti peninggalan sejarah peperangan dunia ke-2 di Hatetotabko, kita sedikit dapat merasakan dan bertanya-tanya seperti apa rasa dan bagaimana sebenarnya ketika pada zaman perang dunia ke-2 itu. Dengan sisa-sisa peninggalannya saja kita sudah dapat merasakannya. Wisata peninggalan sejarah seperti ini merupakan wisata yang sangat penting, karena tidak hanya rekreasi wisata yang kita dapat, kita pun dengan berwisata ke Hatetobako ini kita juga dapat lebih paham mengenai sejarah perang dunia ke-2 khususnya di daerah Hatetobako ini.

 

 

 

Tidore, Dahulu sebagai Ibu Kota Papua Barat

•4 October 2012 • Leave a Comment

Tak banyak yang tahu bahwa Tidore dahulu merupakan ibu kota Provinsi Irian Barat. Kesultanan Tidore yang memiliki daerah kekuasaan yang cukup luas, hingga mencapai Irian salah satunya, ini pula yang menyebabkan Tidore dipilih sebagai ibu kota Provinsi Papua Barat.

Setelah beberapa waktu mengalami perkembangan, akhirnya Provinsi Papua Barat berpisah dengan Tidore. Saat itu Tidore seperti tidak memiliki pengakuan, provinsi bukan, kabupaten bukan, dan kecamatan pun bukan. Ini terjadi karena saat itu pun pemerintah masih belum cepat tanggap dengan permasalahan perubahan ini, tak berapa lama akhirnya Maluku membentuk provinsi sendiri yang memiliki ibu kota di Ambon.

Indonesia makin kemari semakin maju, perkembangan wilayah, pemekaran wilayah terjadi di mana-mana, terakhir terjadi pemekaran di Provinsi Maluku, yaitu dengan terbentuknya Provinsi Maluku Utara yang memiliki ibu kota di Ternate. Tidore yang memiliki lokasi yang cukup dekat pula dengan Kota Ternate, menjadikan daerah ini berstatus Kota Tidore, hanya wilayah Tidore dan Ternatelah yang berstatus kota di Provinsi Maluku Utara.

Sedikit ulasan, bahwa Tidore dahulu merupakan ibu kota Provinsi Papua Barat, saat ini beberapa tempat penting pada saat masa Papua Barat masih terlihat. Kantor pembangkit listrik Provinsi Papua Barat masih terlihat dan kini dijadikan sebagai rumah, kantor polda Papua Barat masih terlihat jelas peninggalannya, bangunan yang masih berkonstruksi bangunan tua masih terlihat hingga sekarang, dan kini pun dijadikan sebagai kantor polisi. Satu tempat terakhir yang sangat penting, yaitu bahwa kantor gubernur Papua Barat pun berada di sini. Bangunan tersebut sudah dijadikan sebagai salah satu sekolah menengah umum Tidore.

Sejarah keberadaan Tidore dahulu sebagai ibu kota Provinsi Irian Barat tak banyak yang mengetahui. Dengan adanya artikel ini diharapkan kita bersama dapat terus mengetahui nilai-nilai sejarah khususnya yang dimiliki oleh bangsa ini.

Pulau buru pulau kayu putih…????

•26 September 2012 • Leave a Comment

Pulau buru yang berada di provinsi maluku ini merupakan pulau yang dikenal dengan potensi alam yang sangat melimpah yakni pohon kayu putih, hampir disebagian besar perbukitan pulau buru ditumbuhi kayu putih, ini pula yang membuat pulau ini sebagai salah satu pulau yang menghasilkan kayu putih dengan kualitas yang sangat baik.

Kayu putih yang berada di pulau buru merupakan tumbuhan endemik yang ada di pulau ini, bukan ditanam oleh warga apalagi ditanam oleh para pendatang tapi tumbuh secara alami. Ironisnya pemanfaatan atau pengolahan kayu putih ini kini sudah semakin berkurang dengan adanya trend tambang di pulau ini.

Hampir sebagian besar penduduk pulau buru beralih profesi menjadi penambang emas, dan tak hanya penduduk pulau buru, namun juga sangat banyak masyarakat pendatang yang khsusus datang ke pulau buru untuk berusaha menjadi penambang emas ataupun penjual emas. Masyarakat dari daerah tasik jawa barat yang sangat terkenal unggul menjadi penambang emas di pulau buru, namun sayang beribu sayang saya tak sempat untuk melihat dan berkunjung langsung ke daerah lahan penambangan emas di pulau buru, yaitu salah satunya yang terknal adalah di daerah gunung botak tak jauh dari daerah Mako.

Walaupun saya tak sempat datang ke tempat pertambangan emas tersebut, namun dampak dari aktivitas penambangan emas tersebut sangat terasa hingga daerah mako khusunya sangat memberatkan bagi masyarakat yang tidak terlibat aktivitas penambangan tersebut, hampir sebagian besar harga-harga menjadi naik, sembako, peralatan-peralatan serta harga kebutuhan yang lainnya semua naik. Harga bensin disini Rp 10,000 di penjual bensin eceran, tapi mau beli dimana lagi?? Di mako pom bensin hanya ada 1 dan itu belum diresmikan. Tak hanya terasa di Mako, namun dampak dari pertambangan terasa hampir disemua pulau buru, khususnya juga di namlea yaitu kota kabupaten buru, masih masalah bensin, di namlea untuk membeli bahan bakar harus mengantri sekitar 45-60 menit apabila ingin membeli dengan harga normal di pombensin, dan itu pun hanya ada 2 pom bensin di namlea.

Overload penduduk di pulau buru menjadi penyebab utama, banyak kebutuhan yang kurang terpenuhi, untuk bahan bakar ini, solusinya hanya ada 1 yaitu penambahan pos pengisian bahan bakar, karena percuma apabila stock terus ditambah dari pusat tapi pos pengisian di daerah ini hanya tetap 2, stock tidak akan terdistribusi lancar dan cepat.

Dampak yang lainnya juga sangat terasa, untuk kenaikan harga khususnya kebutuhan makan juga ikut terkena dampaknya, harga-harga semua naik, salah satu contohnya, cabe merah disini dapat mencapai hingga Rp. 160.000/kg. Nah ini salah satu contoh dampak yang saya rasakan secara langsung, saya makan siang bertiga hanya dengan 3 mangkok soto dan 3 es teh manis saya harus membayar sebesar Rp 140.000 , ini sih uda keterlaluan, tapi mau apalagi?? Kondisinya skarang seperti itu, banyak masyarakat di pulau buru yang mengeluh karena terkena dampak dari aktivitas pertambangan emas.

Dampak lainnya, sangat sangat overloadnya penduduk di pulau buru karena pendatang yaitu memberikan dampak buruk terhadap layanan telekomunikasi telephone seluler, hampir semua orang membutuhkan alat komunikasi, dan sinyal yang didapatkan diperebutkan oleh banyaknya orang di pulau buru ini.

Dari hampir banyaknya permasalahan yang timbu, disisi lain aktivitas pertambangan memberikan lahan pekerjaan baru untuk masyarakat setempat ataupun masyarakat pendatang..banyak yang menggantungkan hidup di pertambangan emas tersebut, taraf hidup sebagian warga menjadi sangat meningkat, mobil-mobil mewah kini banyak beredar di pulau buru. Ya bagaimana tidak akan meningkatkan taraf hidup??? Menurut banyak orang, emas yang didapatkan dari tambang emas di pulau buru khususnya di gunung botak jumlahnya tidak main main, emas yang diperoleh dapat mencapai puluhan kilogram…nah wajar saja kan kalo semua orang ingin beralih profesi ke bidang tambang emas.

Pulau buru yang dulunya pulau kayu putih kini mungkin jauh lebih baik kita kenal dengan pulau emas!! Karena ya memang disini sangat terkenal dengan emas!! Tak hanya di gunung botak, namun menurut beberapa ahli yang kini sudah banyak di datangkan ternyata hampir diseluruh wilayah pulau buru banyak mengandung emas!!

Pulau buru pulau emas?? ya

Pulau buru pulau kayu putih?? Mungkin kini sudah tidak….

Anambas dengan keindahan kepulauannya di ujung sana

•27 October 2011 • 10 Comments

ANAMBAS??? Dimana ya Anambas? mungkin itu kata yang pertama saya katakan ketika mendengar kata Anambas, ternyata sebuah Kabupaten Kepulauan di Provinsi Riau,

Sebuah perjalanan yang sangat kompleks menuju sebuah kepulauan di Indonesia bagian barat, Anambas kepulauan Riau, mungkin kami menyebutnya perjalan TNI, melewati perjalanan darat, udara,dan laut. Semua kita libas demi sampai menuju anambas. 3 jam dari bandung menuju jakarta, terbang 1 jam 20 menit menuju batam, 20 menit perjalanan darat dari batam menuju pelabuhan tanjung punggur, 1 jam 15 menit menuju tanjung pinang dengan speedboat (marina), 30 menit menuju bandara raja ali syahbana tanjung pinang, terbang kembali menuju matak dengan penerbangan perintis selama 1 jam 15 menit dan tiba di bandara sebuah perusahaan minyak terkenal, lanjut dengan perjalanan darat 30 menit menuju pelabuhan matak, dan perjalanan terakhir menggunakan speedboat lagi menuju anambas selama 45 menit, dan akhirnya saudara-saudara sampai ke tempat tujuan, Tarempa,Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.

Selamat datang Anambas

Daerah yang entah kenapa membuat saya senang dan gembira karena ini tempat baru yg saya datangi pastinya, dan karena mungkin seperti saya bernostalgia kembali ke tempat saya di besarkan di daerah riau, daerah yg sangat memiliki ciri khas, sangat berbeda dengan daerah lain, ga nyangka saya disini bertemu dengan “om idrus”

Lama tak jumpa

salah satu teman bapak saya, yg dulupun dekat dengan saya, ternyata sekarang dia kerja di Anambas.

Wow ternyata Anambas keren!!! Daerah kepulauan dengan pulau pulau kecil yang sangat indah, perairan sangat menakjubkan, ternyata ada ya daerah ini..daerah yang belum pernah saya dengar sebelumnya, ternyata sangat indah, luar biasa memang potens bahari negeriku Indonesia.

Pastinya kalau udah datang ketempat kayagini, tempat dengan potensi laut yang sangat indah, sayang banget kalau ngelewatin yang namanya DIVING…

Anambas punya

Hari pertama di anambas cuaca buruk, hujan angin di pagi hari,

Tarempa pagi disaat hujan

berdoa untuk rencana hari pertama melakukan penyelaman semoga dapat berjalan lancar, tetapi walau cuaca semakin baik, namun kami mengalami kendala, boat yang akan kami gunakan berukuran sangat besar sulit untuk bermanufer pada saat membawa orang diving, alternatifnya speedboat, mungkin ini boat yang lumayan banyak juga digunakan oleh masyarakat di daerah sana, tapi disini bahan bakar bensin sedang menjadi masalah, pasokan bensin sangat sulit untuk dicari,apalagi untuk kegiatan seperti ini. Cukup miris, ternyata keperihan daerah pulau terluar Indonesia sedikit terasa disini, semoga orang-orang diatas sana bisa mengetahui hal ini dan tidak hanya sekedar tau, tapi bertindak untuk menanggulangi permasalahan ini.

Hari kedua akhirnya bisa mulai diving, selat ransang menjadi spot diving pertama yang kami selami, penyelaman ke dua kami lakukan di tempat yg guidenya pun lupa dengan nama daerah itu,haha.. hari ketiga kami melakukan penyelaman di daerah karang sengka, yang dimana daerah ini secara kasat mata sulit di jumpai, karena daerah ini merupakan daerah karang dalam sehingga hanya orang yg pernah ketempat itu lah yg tau bahwa tempat itu merupakan spot diving, untungnya kami kenal dengan satu-satunya dm lokal anambas, yaitu pak iyus. Dia mungkin hanya satu-satunya orang asli anambas yang mengerti dan paham dengan diving, dari hal ini dapat dilihat bahwa dengan potensi pulau-pulau kecil di anambas yang sangat banyak, belum dapat dimanfaatkan dengan baik untuk wisata diving, masih kurang SDM yang berpotensi di bidang pariwisata, khususnya wisata selam.hari ketiga kami turun di teliban dan karang sengka.

Anambas Okeyy

Dive Karang Sengka

Hari keempat kami bergerak ke daerah penjalin, sangat menarik di daerah sini, pulau-pulau kecil dengan bebatuan yang sangat indah diatasnya sangat menggambarkan ciri khas pulau-pulau di provinsi kepulauan riau, ada sebuah batu yang dinamakan batu gantung karena batu ini terlihat seperti batu yang hanya sedikit saja bergantung pada batu lain dan kemungkinan banyak orang berfikiran bahwa hanya dengan disentuh sedikit sajapun batu itu akan jatuh..

Penyelaman hari keempat kami turun tiga kali penyelaman, pertama di penjalin, kemudian karang tengah penjalin, dan terakhir di karang tengah 2 penjalin, ini mungkin penyelaman yang sangat berkesan bagi kami selama menyelam 6 hari di beberapa lokasi di kepulauan anambas, tepatnya yaitu di lokasi karang tengah penjalin, pada penyelaman ini entah apa penyebabnya, dengan kondisi spot diving sangat menarik, dengan visibility yang sangat baik sekitar 35m dan dengan kondisi terumbu karang yang masih terjaga, disini saya ketika menyelam merasakan adanya aura tersendiri yang berbeda di daerah ini, sangat bagus kondisi daerah ini, sangat kami rekomendasikan sebagai salah satu spot diving yang baik di kepulauan anambas. Ketika muncul di permukaan, salah satu instruktur saya pun mengatakan bahwa disini memang sangat baik untuk penyelaman, “seperti berada di wilayah kerajaan bahwa laut katanya” memang yang saya rasakan pun seperti itu, banyak karang-karang massive yang berbentuk stupa, mungkin itu salah satu kita menyebutnya sebagi kerajaan bawah laut.

dan sayapun beberapakali menyebut Anambas keren!! Anambas keren!

Hari kelima kami turun di daerah tokong berlatar, tongkan, piugus, secara kasat mata hampir di beberapa lokasi penyelaman di kepulauan anambas, kondisi terumbu karang merupakan daerah yang pernah terkena perusakan terumbu karang oleh bom, sangat terlihat jelas bekas-bekas pengeboman, beberapa daerah kubangan akibat bom di sangat terlihat jelas, patahan- patahan karang mati masi banyak terlihat, tetapi tampaknya sekarang-sekarang ini masyarakat telah mulai sadar dan sedikit mengurangi pengeboman di daerah terumbu karang, kondisi terumbu karang di daerah kepulauan anambas sudah mengalami recovery atau pertumbuhan karang karang baru di sekitar wilayah terumbu karang

hari keenam dan hari ketujuh memberikan pengalaman yang menarik pula bagi saya dan rekan-rekan yang lain, 2 hari ini kami akan terus berada di laut, mungkin sebutan kerennya life a bord, karena hari-hari terakhir ini kami akan melakukan penyelaman di daerah yang berada cukup jauh dari home base kami di pulau Tarempa, yaitu kami akan melakukan penyelaman di daerah teloyan, pulau ujung dan telaga pada hari kelima serta di daerah mangkai pada hari keenam.

Dengan kapal kayu yang dikemudikan oleh sang kapten dan abknya yang sangat akrab dengan kami, kami mulai berangkat dari tarempa dengan cuaca yg sedikit meragukan kami, gerimis, mendung, dan angin yang cukup kencang, namun beberapa waktu cuaca berubah membaik, dan sang kapten menyataka “okey kita jadi brangkat” , kerjasama dan kekeluargan antara kapten, abk, guide dari disbudpar, dm lokal, serta kami para penyelam sangat terasa disini, karean ini juga hari-hari terkahir kami survey di anambas, yang sangat berkesan adalah sang abk, sebutan kami “simpatu” kepada dia, karena awalnya salah satu tim kami pada saat itu menanyakan apakah ada sinyal dipulau ini?ketika malam kami sedang istirahat didekat sebuah bagan..dia menjawab, ada tapi “simpatu kartunya” mungkin tidak begitu lucu kalau hanya di ceritakan, tapi entah kenapa ini membuat saya khusus dan salah satu tim kami “Bang Miras” namanya sangat merasa lucu dengan hal itu, sosok dia yang kocak, dengan beberapa giginya yang sudah entah kemana, itu tambah membuatkami lucu, namun itu yang sangat membuat saya berkesan dan saya sangat berterimakasih kepada dia, dia yg selalu membantu kami tim penyelam pada saat sebelum dan sesudah menyelam, dan pastinya pada saat perut ini sudah memberontak ingin makan, dia pun koki kami.

Alami nan indah si penyu ini

Pengalaman ketika harus beristirahat hanya di sebuah bagan, istirahat dengan hanya beralaskan 2 papan kayu dan beratapkan sang bulan yang pada saat itu sedang terang benderang, tapi kekeluargaan kami sangat terasa di saat seperti itu. Tengah malam kami melanjutkan perjalanan, dan disaat pagi hari kami disambut di sebuah pulau dengan seekor penyu hijau yang cukup berukuran besar yang tampaknya telah bertelur pada malam harinya,  danmemang anambas pun terkenal dengan masih  banyaknya populasi penyu di beberapa daerah, tapi yang sangat saya sesalkan, masih  kurangnya pengawasan, pengelolaan, serta perlindungan keberadaan telur-telur penyu  yang dihasilkan, hampir setiap hari hasil bertelur penyu diambil dan dijual untuk berbagai  kepentingan, mungkin salah satu yang saya temukan pada hari sebelumnya dan sedikit  membuat saya tercengang yaitu banyaknya telur-telur penyu yang di perjual belikan  disalah satu rumah makan di daerah tarempa,

RM.PAK UBAN
Telur penyu pun disandingkan dengan gulai ikan

mungkin harus adanya batasan-  batasan pengambilan telur penyu,  agar telur2 itu dapat tetap menetas  pada habitat aslinya sehingga  keberlanjutan populasi penyu tersebut tetap terjaga.

Selesai melakukan penyelaman di daerah mangkai,

Dive Mangkai

selesai pula seluruh kegiatan penyelaman kami di kepulauan anambas ini, kembali kami bertolak menuju homebase di Tarempa, kami besok harus pulang meninggalkan anambas, banyak pengalaman yang saya dapat dari sini, banyak ilmu yang saya dapat dari sini.

Anambas masih banyak membutuhkan uluran tangan-tangan para peduli laut, para peduli lingkungan, pulau-pulau kecil yang sangat berpotensi, laut yang sangat luas dengan kekayaannnya yang sangat melimpah, semua perlu dan harus tetap dikelola dengan baik

Terimakasih anambas.

Kisah asalmuasal “Fanny si penyelam”

•21 October 2011 • 3 Comments

25 April 2009, Entah sebuah keberuntungan atau sebuah jalan yang memang seharusnya saya jalani ketika itu untuk menjadi seorang penyelam.

Awalnya saya memang tidak benar-benar ingin mengikuti pelatihan selam, hanya mendengar dari beberapa teman saya bahwa sedang akan diadakan sertifikasi selam, wah keren..tapi lumayan juga biayanya untuk mengikuti sertifikasi selam itu, namanya mahasiswa harus berusaha teruskan,saya sempat membuat pengajuan kepada salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang otomotif untuk dapat mengikuti sertifkasi selam ini, mungkin kita semua beranggapan ga ada nyambungnya perusahaan itu, tapi ya namanya juga usaha.

Setelah beberapa minggu, waktu sudah mendekati hari pelaksanaan sertifikasi, seorang teman saya panggil saja ‘onta’, kembali menawarkan saya untuk mengikuti sertifikasi selam itu karena ada salah satu peserta yang mengundurkan diri, wah dasar emang tawarannya menggiurkan banget, saya langsung aja menjawab “wah pengen sih ta, tapi ga tau juga nih masalahnya biayanya nih” saya berfikir untuk minta ke orangtua saya, tapi dalam pikiran saya ‘ga mungkin’, karena emang dari dulu saya ga mau kalo selalu banyak menuntut kepada orang tua saya, “keputusan ikut atau ga nya ada di tangan atm nih” sedikit konyol, tapi setelah itu saya langsung pergi ke atm buat nge cek tuh si uang segede pintu yg disepanjang jalannya saya berharap kalau dana pengajuan proposal saya sudah turun, dan Alhamdulillah sekali saudara-saudara dananya cair..ini juga sebagian kisah kadang orang menyebut saya manusia proposal,hahha

Dan akhirnya saya bisa ikut sertifikasi selam saudara-saudara……

Banyak yang harus saya persiapkan untuk mengikuti sertifikasi ini, mulai dari latihan renang , skin diving, dan diving di kolam, pemahaman materi scuba diving, kesehatan penyelaman, fisika selam, serta banyak materi-nateri lainnya yang saya harus persiapkan untuk mengikuti sertifikasi ini. Untungnya saya memiliki instruktur yang sangat kompeten, panggil saja dia ‘Bang rey’ dan ‘kak thea’ cukup terkenal juga mereka dibidang selam.

Pengalaman baru ketika mengenal alat-alat scuba diving dan menggunakannya di dalam air, tegang panik mungkin iya ketika awal-awal menggunakannnya, beberapa lama menyesuaikan kondisi akhirnya saya bisa sedikit tenang,ya berkat sang instruktur itu,  tidak banyak waktu saya latihan dikolam hanya 2 pertemuan, beda dengan teman-teman saya yang lain, ini karena saya kan peserta pengganti jadi latihannya mepet dengan waktu untuk pergi ke lautnya.

Waktu keberangkatan untuk sertifikasi selam itu pun datang, rencananya kita akan sertifikasi di pulau pramuka kepulauan seribu. Keberangkatan jam 2 subuh, tapi saya sudah kumpul di wisma kelautan dari jam 10 malam, rencananya istirahat, tapi namanya mahasiswa nongkrong dan ngobrol pastinya kalo udah pada kumpul, dan kami sadar kalau kami akan bepergian dan besok paginya kami harus menyelam, yang dimana bener-bener butuh istirahat biar tubuh fit, sampe jam 2 juga paling tidur sekitar setengah jam,  jam 2 subuh pun saya brangkat dengan teman-teman yang lain dan berharap bisa tidur di dalam mobil, tapi ternyata mobil yang kami pakai itu elf biasa yang kalo jalan agak lumayan berisik, panas, dan lumayan bikin pantat panas gitu, maklum ini trip pertama, management tripnya masi ngasal.

Sampai di pelabuhan muara angke siap siap untuk nyebrang dengan kapal kayu menuju pulau pramuka,tampaknya saya dan sebagian teman merasa salah kostum nih, kostumnya uda kaya mau naik gunung aja nih, sepatu boots jaket tebel, maklum lagi ini trip pertama saya..

3 setangah jam nyebrang, kami datang di pulau pramuka, wesss keren pulaunya, lautnya bening banyak ikan karangnya pula, sedikit foto-foto dulu pas baru datang di pulau,

ga lama istirahat ketemu instruktur dan mereka langsung bilang “kita 20 menit lagi turun ya” buset!!! lumayan degdegan juga nih, brifing awal  langsung dilakukaan oleh sang instruktur

kamipun turun untuk dive pertama hari ini di dermaga pulau pramuka

Wess..dive pertama pengalaman pertama diving di laut,tapi belum bisa ngerasain nikmatnya diving, turun gagal equalizing, kuping rasanya sakit parah, lanjut penyesuaian kondisi walau masi lumayan kerasa nih kuping, tapi keadaan udah ga karuan disini, semua fin ngubek-ngubek pasir alhasil burem, visibility paling 2 meter, akhirnya kami naik, dan akhirnya pula pertama kali diving dan langsung bleading, waw darah..dan ini lah salah satu akibat kondisi badan kurang fit dan kurang istirahat sebelum diving. Dive 2, dive 3, dan dive 4 di utara pramuka, apl pramuka, dan terakhir di selatan pramuka memberikan pengalaman menyelam saya dan teman-teman yang lain dalam kegiatan sertifikasi ini.

keindahan bawah laut, kehidupan bawah laut, ternyata memang sesuatu yang benar-benar nyata setelah saya lihat dan saya rasakan sendiri, keheningan bawah laut terasa ketika suara tarikan dan hembusan nafas yang mengeluarkan sisa gelembung udara..didalam laut sangat terasa bahwa kita benar-benar kecil, bahwa kita tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan alam yang sangat indah hasil pemberian Sang Kuasa yang wajib kita jaga selamanya..

Sebuah kebanggaan dari suatu usaha yang telah saya perjuangkan…

Alhasill…

doc sertf

Alhamdulillah..

Let’s Dive

Travel Report Coral Reef Biawak Research 2011

•5 May 2011 • 2 Comments

Nama                        :    Fanny Kristiadhi
Judul Kegiatan     :     Coral reef Biawak Research
Tempat                    :    Pulau Biawak-Kabupaten Indramayu
Waktu Kegiatan    :    21 – 26 Maret 2011
Penyelenggara      :    Independent

Tujuan :

Mendapatkan data dan informasi mengenai distribusi dan kondisi terumbu karang di perairan Pulau Biawak sehingga kedepannya pelestarian terumbu karang yang baik di perairan Pulau Biawak terus dilakukan.

Rincian perjalanan :

Kegiatan dimulai pada tanggal 21 maret 2011 dengan anggota tim sejumlah 4 orang yaitu saya sendiri Fanny Kristiadhi sebagai Research Leader (Spesifikasi:Karang), Ibnu Faizal (Spesifikasi:Karang), Seniman Hareva (Spesifikasi Karang), dan Bobby Bagja (Spesifikasi:Kualitas Perairan) serta 1 orang pendamping lapangan Sersan Anton (TNI AL-LANAL Bandung). Kegiatan di mulai dengan pengambilan data karang pada wilayah barat Pulau Biawak di kedalaman 7 dan 3 meter, hal ini diharapkan dapat mewakili kriteria karang perairan dalam dan dangkal. Metode pengambilan data dilakukan dengan metode LIT dengan total panjang transek sepanjang 30 meter dengan 3 kali ulangan, pengamatan ini dilakukan dengan mengamati setiap bentuk pertumbuhan karang.

Pada penyelaman pertama ini di kedalaman 7 meter terjadi trouble, camera underwater yang kami bawa mengalami kerusakan, entah apa penyebabnya???? tapi kami tetap melanjutkan pengambilan data tutupan karang walaupun tanpa dokumentasi bawah air. Penyelaman kedua pun mengalami trouble, rollmeter yang kami bawa terlepas sehingga jatuh dan menghilang entah kemana??? namun secara keseluruhan pengambilan data hari pertama berjalan baik, walaupun perairan barat cukup bergelombang karena pada saat itu sedang musim angin barat.

Hari selanjutnya hari kedua pengambilan data dilakukan pada wilayah timur, ini merupakan wilayah yang menurut kami memiliki kondisi terumbu karang baik, hari berikutnya wilayah utara yang sangat bergelombang sehingga sempat membuat kapal yang kami tumpangi KM ROBANA dengan sang kapten “Bosel” serta sang abk “Bombom” kesulitan untuk mencari tempat entry kami untuk pengambilan data. Hari keempat hari pengambilan data terakhir dilakukan di selatan pulau biawak, hari ini merupakan hari yang istimewa karena pada hari ini Pulau terasa seperti kota di tengah lautan, sebuah acara kunjungan oleh para petinggi kabupaten indramayu dilakukan, wakil bupati hadir disini, Kepala DKP Indramayu, Kepala DISBUDPAR Indramayu, serta tamu special “Panji Sang Penakluk” serta “Si bolang” hadir pula dalam acara ini.

Setelah selesai melakukan pengambilan data, hari kelima kami berkunjung ke Pulau Gosong, karena kami ingin tau dan ingin mencicipi bawah laut Pulau Gosong, yang ternyata bawah laut pulau gosong telah dilakukan eksploitasi yang cukup berlebihan, pasir laut pulau ini telah di hisap untuk proyek pembangunan sebuah perusahaan BUMN besar di Indonesia, cukup disesalkan!!

Tanggal 26 maret hari terakhir perjalan ini, diisi dengan acara fundive di pagi hari, menyusuri tubir dermaga pulau biawak, cukup kencang arus disini, overall Pulau Biawak recommended lah buat diving, keanekaragam hayati ekosistem terumbu karang disini masi terjaga,keberadaan penyu,moray,ikan karang,serta biota lainnya masi banyak terdapat di perairan pulau biawak.

Hasil :

Dari hasil pengamatan dan pengambilan data terumbu karang di perairan Pulau Biawak, kondisi terumbu karang pada saat ini termasuk kedalam kategori buruk hingga sedang. Distribusi karang di wilayah perairan ini didominasi oleh karang keras. Secara keseluruhan dari hasil pengamatan banyak dijumpai patahan karang dan karang-karang mati dengan kondisi terbalik-balik, hal ini menurut pengamatan, kerusakan terumbu karang yang terjadi diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan terhadap ekosistem terumbu karang, pengeboman ikan, penggunaan jaring ikan yang tidak ramah lingkungan, serta akibat pembuangan jangkar yang sembarangan menjadi penyebab kerusakan terumbu karang di wilayah ini.

Saran :

Pulau biawak sebagai salah satu pulau di Provinsi Jawa barat yang berstatus KKLD (Kawasan Konservasi Laut Daerah) sudah seharusnya dijaga kelestarian alam lautnya, pelestarian ekosistem terumbu karang sudah seharusnya dilakukan, serta sumberdaya hayati laut lainnya yang ada di pulau tersebut. Peranan seluruh pihak baik pihak pemerintahan serta masyrakat sangat diperlukan untuk menjaga dan melestarikan Biodiversity laut Pulau Biawak.

Lestari Lautku, Lestari Alamku.

Terima Kasih.

Bandung, 5  Mei 2011

Oleh : Fanny Kristiadhi

Integrated Coastal Zone Management

•21 December 2009 • 5 Comments

KETERPADUAN SEKTOR EKOLOGI, SOSIAL, DAN EKONOMI, SERTA KETERLIBATAN SELURUH STAKE HOLDER PADA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Oleh : Fanny Kristiadhi

Studi kasus : Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (15 desember 2009)

Indonesia dengan garis pantai 81.000 km memiliki wilayah pesisir yang sangat luas,dimana sangat dibutuhkan pengelolaan secara serius oleh berbagai pihak agar wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan secara optimal.

Kondisi nyata wilayah pesisir sebagian besar sangat jauh dari apa yang kita bayangkan, kondisi perairan yang jernih, pembangunan sarana prasarana yang lengkap, kondisi lingkungan yang nyaman, dan banyak hal lain yang sebenarnya jauh dari apa yang selalu kita bayangkan.

Studi kasus pada kecamatan Gebang kabupaten Cirebon Jawa Barat terlihat kurang terpadunya pengelolaan wilayah pesisir di daerah tersebut, masih banyaknya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya.

Apa sebenarnya yang menyebabkan hal tersebut ??? dan siapa yang seharusnya menyelesaikan hal tersebut ???

Hal utama dari permasalahan tersebut adalah pengelolaan wilayah pesisir yang belum dilaksanakan secara optimal, badan jalan yang seharusnya sebagai sarana transportasi digunakan sebagai tempat perdagangan hasil perikanan, daerah aliran sungai digunakan sebagai tempat bersandarnya kapal nelayan, dan yang sangat disesalkan adalah adanya beberapa pengalihan lahan konservasi mangrove menjadi kawasan pemukiman dan dijadikan sebagai lahan tempat pembuangan sampah, hal ini sangat disesalkan terjadi.

Namun diluar beberapa hal tersebut, wilayah ini mempunyai potensiyang cukup baik apabila pembangunannya dilakukan secara optimal, masih banyak lahan yang dapat di maksimalkan khususnya untuk bidang perikanan dan kelautan, namun tidak menutup kemungkinan juga kawasan pesisir Gebang ini dikembangkan dalam bidang industri maupun sektor wisata bahari.

Pembangunan wilayah pesisir secara optimal sudah seharusnya dilakukan sejak sekarang dengan ditunjang oleh keterlibatan seluruh stake holder yang ada, mulai dari pemerintah pusat,pemerintah daerah, LSM atau kelompok masyarakat, maupun lembaga lainnya, dan yang paling penting adalah keterlibatan secara aktif masyarakat setempat dalam mendukung kegiatan pembangunan tersebut.

Tetapi tidak semudah yang kita bayangkan untuk mengharapkan masyarakat setempat dapat berperan secara aktif ,seringkali mereka jauh lebih mementingkan kepentingan pribadi tanpa mempedulikan keadaan sekitar mereka, kepentingan ekonomi menjadi kepentingan yang sangat mutlak bagi masyarakat pesisir

Keadaan lingkungan wilayah pesisir kadang kala seperti tidak pernah di hiraukan, kondisi ekologi wilayah pesisir sangat memprihatinkan, masyarakat seakan tampak tidak peduli, disepanjang aliran sungai dan muara tegakan mangrove dapat dihitung dengan jari,dan kondisinya sangat memprihatinkan, mangrove yang seharusnya berfungsi biologis menjadi feeding ground dan nursery ground dari beberapa biota, kini hanya berfungsi sebagai tempat berkumpulnya sampah.

Kehidupan sosial masyarakat pesisir Gebang hampir tidak jauh berbeda dengan kondisi wilayah pesisir pantai utara jawa lainnya, kondisi sosial secara kasat mata hanya terlihat beberapa perbedan dari segi perekonomian, tampak ada kesenjangan sosial antara satu pemukiman dengan pemukian lainnya, namun untuk kondisi sosila individu terlihat normal, hal ini dapat menjadi sebuah modal awal dengan SDM wilayah pesisir Gebang yang mempunyai kondisi sosial yang cukup baik.

Aspek-aspek sosial, ekonomi, dan ekologi memang merupakan aspek yang harus saling mendukung dalam melakukan sebuah pembangunan wilayah pesisir, tidak ada satu aspek pun yang dapat diabaikan, dan yang pastinya lagi proses pengelolaan wilayah pesisir sudah seharusnya melibatkan seluruh stake holder yang ada, agar pembangunan wilayah pesisir dapat dikelola dengan baik secara berkelanjutan.

Oleh : Fanny Kristiadhi

Travel Report Ekspedisi Terangi 2009

•21 December 2009 • Leave a Comment

TRAVEL REPORT

Nama                       :    Fanny Kristiadhi
Judul Kegiatan     :     Ekspedisi Pengamatan Ekosistem Pesisir
Tempat                    :    Kepulauan Seribu
Waktu Kegiatan    :    30 Oktober – 10 November 2009
Penyelenggara      :    Yayasan TERANGI dan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu

Tujuan :

Mendapatkan data dan informasi terkait kondisi komunitas ekosistem pesisir Kepulauan Seribu yaitu karang keras, karang lunak, makrobentos, ikan karang dan lamun serta  mengetahui kondisi fisik perairan, berupa suhu, salinitas, pH, kecepatan arus dan kecerahan.yang nantinya digunakan sebagai landasan pemikiran konservasi terumbu karang serta pemanfaatan sumber daya secara lestari.

Rincian perjalanan :

Kegiatan dimulai pada tanggal 31  Oktober dengan pembagian tim Ekspedisi, Tim A yang beranggotakan Mbak Estra TERANGI sebagai Research Leader (data karang), Bang Idris TERANGI sebagai Dive Leader (data ikan), Bang Safran TERANGI (data bentos), Bang budi TERANGI (data kualitas air), Ji’i IPB (data LIT), Defin UNSRI (data lamun), Fauzi UNBRAW (data lamun),dan Fanny UNPAD (data lamun), sedangkan Tim B yang beranggotakan Mas Edy TERANGI sebagai Research Leader (data ikan), Mas Toto TERANGI sebagai Dive leader (data karang), Mbak Via TERANGI (data bentos), Bobby ELANG (data LIT), Mbak Aar TERANGI (data kualitas air), Bobby UNSRI (data lamun) serta Zaki UNBRAW (data lamun). Kegiatan berikutnya adalah pelatihan lapangan dari materi yang sebelumnya telah diberikan dari masing-masing bidang, baik karang,ikan,bentos,lamun,maupun kualitas air.

Hari berikutnya Ekspedisi mulai dilakukan, dalam Ekspedisis ini tim mendapat tugas untuk melakukan survey di 36 titik yang telah ditentukan yaitu titik-titik yang merupakan Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Saya dan anggota Tim A yang lainnya bertugas untuk mengambil data di 18 titik, yaitu Pulau Pramuka,Pulau Panggang,Pulau Penjaliran Timur, Pulau Kelapa, Pulau Belanda, Pulau Panjang Besar, Pulau Bira Besar, Pulau Papatheo, Pualau Sepa, Pualau Hantu Timur, Pulau Kelor, Gosong Pramuka, Gosong Belanda, Gosong Sulaiman, dan Karang Congkak.

Saya dari bidang lamun Tim A melakukan monitoring lamun menggunakan metode transek kuadrat yang biasa digunakan untuk Mengamati suatu perubahan distribusi pada komunitas lamun.
Alat yang digunakan:
•     Transek 50cmx50cm
•     Lembaran/kertas data monitoring
•     Pinsil dan  sabak
•     Lembaran/kertas identifikasi lamun
•     Lembaran/Kertas % luas tutupan
Prosedur Pengambilan data:
•    Setelah lokasi disiapkan dan transek telah terpasang segera diambil foto dokumentasi
•    Estimasi/taksir prosentasi luas tutupan. Taksiran prosentasi luas tutupan lamun pada kuadrat menggunakan “foto lembaran persentase laus tutupan standar”
•    Identifikasi jenis-jenis lamun pada kuadrat lewat penentuan persentase kontribusi tiap spesies/jenis (total harus 100%).
•    Hitung tegakan dari tiap jenis lamun yang ditemukan dalam kuadrat.
•    Gambarkan komposisi sedimennya misalnya: pasir,atau lumpur berpasir
•    Catat dan hitung semua organisme lain. Catat dan hitung organisme lain yang
mungkin penting (Contoh, jumlah dari moluska, teripang, bulu babi yang ada dalam kuadran.

Setelah kita selesai melaksanakan pengambilan data untuk 36 titik hari terakhir ekspedisi kita melakukan Biodiversity untuk semua komunitas, baik karang keras, karang lunak, bentos, ikan, maupun lamun.

Hasil :
Dari 18 titik yang telah kita amati khususnya untuk bidang lamun Tim A, tidak semua titik ditemukan sebaran lamun, banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan lamun diantaranya adalah faktor alam yang memang tidak bisa dihindari yaitu karena faktor angin, sedimentasi, dan karena tumpukan rubble yang menutupi lamun, selain faktor alam juga terdapat faktor yang ditimbulkan akibat kegiatan manusia sendiri seperti reklamasi pantai yang menyebabkan hilangnya daerah tempat hidup lamun. Namun untuk titik-titik yang ditemukan adanya lamun kami dapat menarik kesimpulan bahwa jenis lamun yang dominan di wilayah Kepulauan Seribu adalah jenis Thalasia Hemprici hal ini karenakan oleh Thalasia hemprici yang dapat tahan hidup dengan kondisi perairan yang kurang baik. Namun jenis-jenis lain seperti Enhalus Acoroides, Halophila Ovalis, Halophila Minor, Syringodium Isoefolium, Cymodocea Serrulata, Cymodocea Rotundata, Halodule Uninervis, Halodule Pinifolia, tetap kita temukan di beberapa perairan di Kepulauan Seribu.

Saran :
Untuk kegiatan Ekspedisi Pengamatan Ekosistem Pesisir ini sebaiknya terus tetap dilaksanakan setiap 2 tahun sekali agar kondisi perairan Kepulauan Seribu terus terkontrol, dan saran saya kedepannya tidak hanya Karang keras, karang lunak, bentos, ikan, dan lamun saja yang kita monitoring namun ada baiknya komunitas mangrove juga kita amati.

Terima Kasih.

Bandung, 24   November 2009

Fanny Kristiadhi